
Negara ada, karena ada desa. Di desa semua tumbuh dan berkembang dengan irama alam yang terkembang. Desa merupakan kumpulan orang-orang yang sedarah, sesaudara dan akhirnya beranak pinak : bertetangga. Tetangga, berasal dari kata tetuangga, yang berarti ada yang lebih dihormati selain dirinya, yaitu yang mempunyai angga. Angga, artinya teman,relasi.
Desa berkembang somahan, yang harus pomah, karena sudah omah-omah. Omah, atau sering disebut rumah, berguna sebagai tempat berlindung, berproduksi, berkreasi, bereaksi dan beraksi. Di rumah, keluarga desa dilindungi oleh suami, dilindungi oleh pamengku adat/desa mulai dari persoalan hal yang sepele sampai pada perkara wong omah-omah ( tetek bengek persoalan berumah tangga ). Di desa, omah secara fisik berguna untuk menyimpan hasil pertanian, juga tempat beramah-tamah, lan dinolanan ( silaturahim ) atau tempat untuk berkarya seni, kesmua itu dikerjakan di omah njaba, pendopo, omah ngarep. Suasana tersebut saya rasakan setelah saya omah-omah, bersama anak isteri dan orangtua. 20 tahun yang lalu, omah njaba saya telah digunakan masyarakat untuk kegiatan seni; seni rupa, musik dan teater. Kegiatan ini berjalan dengan baik dan positif, sampai akhirnya banyak orang berdatangan di rumah saya ini untuk sekedar main, diskusi, nggambar bareng, main musik bareng ( rebana, lesung, kenthongan, hadrah, macapatan, organ tunggal ) atau tempat muhasabah bersama ( perenungan bersama ). Omah Seni Rupa Ndesa, merupakan situs yang perlu dikembangkan, mengingat potensi, kejujuran/keluguan, semangat, kebersamaan masih dapat ditumbuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar